TANJUNGPINANG – Sepanjang tahun 2020, PT. Tanjungpinang Makmur Bersama BUMD Tanjungpinang merugi sebesar 1,8 milliar Rupiah.
Direktur Utama BUMD Tanjungpinang, Fahmi menerangkan, kerugian yang besar itu disebabkan penurunan pendapatan akibat pandemi Covid-19.
“Biaya operasional kan tetap, pendapatan menurun. Jadi rugi,” katanya saat ditemui di Kantor Wali Kota Tanjungpinang, Selasa (6/7/2021).
Menurutnya, pandemi Covid-19 menyebabkan 40 persen pedagang di pasar menghentikan kegiatan perniagaan sehingga pendapatan dari biaya sewa pasar menurun.
Selain biaya sewa pasar, pendapatan dari pas pelabuhan dan parkir bandara juga turut mengalami penurunan akibat kurangnya mobilisasi masyarakat yang menggunakan transportasi laut dan udara sejak Maret tahun lalu
“Di Pelindo kita rugi 80-85 persen karena luar negeri tutup sejak Maret 2020, pendapatan hilang sama sekali. Dalam negeri juga pernah Lockdown,” ungkapnya.
Selain itu, kerugian yang besar ini juga disebabkan keuangan perusahaan yang terbebani biaya perbaikan pasar yang sudah tidak layak.
“Kalau pasar sama kuliner itu bukan untung tapi ibaratnya merugi lah karena kondisi pasar tidak layak juga kan udah 35 tahun, kita harus mengeluarkan maintenance,” ujarnya.
Meski merugi, Fahmi memastikan sejauh ini BUMD Tanjungpinang tidak memiliki hutang operasional.
“Tetap, nggak ada pengaruh. Ke depan saya tidak tahu Wallahu alam. Sedangkan perusahaan besar banyak tutup. Kita bertahan sampai sekarang itu sudah bagus,” ucapnya.
Untuk mengantisipasi kerugian yang semakin besar di tahun 2021, BUMD akan melakukan sejumlah langkah untuk efisiensi anggaran.
Selain itu, BUMD Tanjungpinang juga mengharapkan bantuan penyertaan modal dari Pemko Tanjungpinang untuk mendongkrak operasional perusahaan.
“Kita harus ada efisiensi dalam segala hal, kita menunggu unit usaha atau penyertaan modal untuk mendongkrak,” tambahnya. (Nuel)
Sumber: SIJORITODAY.com